Wagub Sulut Steven Kandouw Buka Simposium Internasional Jurnal Antropologi, Kerja Sama Unsrat dan UI

Manado – Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Drs Steven Kandouw menghadiri 8th International Symposium of Jurnal Antropologi Indonesia (ISJAI) yang dibuka di Auditorium Kampus Unsrat, Kota Manado, Selasa (02/08/2022).

Kegiatan berlangsung berkat geberan bersama Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sam Ratulangi (FISIP Unsrat) dan Universitas Indonesia (UI).

Sekadar informasi Wagub Steven Kandouw merupakan jebolan Fisipol Universitas Indonesia.

Hadir dalam kegiatan Para Panitia dan penggagas Simposium, Dekan FISIP Universitas Sam Ratulangi, dan Dekan FISIP UI

Wagub Steven Kandouw berkisah ketika pertama kali didatangi rekan-rekan antropolog terkait acara simposium ini, ia sangat bangga dan mendukung acara ini.

Alasannya ada dua.

“Pertama, ia melihat peran ilmu sosial, khususnya antropologi amat relevan dengan situasi yang dihadapi, baik secara lokal, nasional bahkan di tingkat internasional,” jelasnya.

“Seperti kita tahu semua, pandemi ada di depan mata. Saya ingat Ketika Indonesia, termasuk propinsi Sulawesi Utara menghadapi Covid 19, mulai dari Lock down, lalu jatuhnya korban jiwa setiap hari, yang juga menimpa saudara atau teman dekat kita. Kita shock, dan terkejut dan terlihat gagap melakukan apa,” ujarnya.

Dikatakan bahwa Covid 19 dapat menyerang siapa saja, tak peduli dia orang biasa, pejabat, suku apa, rasa apa, atau berada di status sosial ekonomi apa. Covid bisa menyerang siapa saja.

“Saat awal covid tahun 2020, ada kegamangan semua orang karena belum menerima vaksin. Hanya saja peran ilmuwan dan segenap ahli Kesehatan memberikan prokes,” jelas Wagub Kandouw.

Lebih jauh kata Wagub Kandouw, Indonesia dikenal 3 M; Mencuci tangan, Menjaga Jarak, dan mencegah kerumunan.

Tentu prokes seperti ini berimplikasi besar terhadap kehidupan manusia di mana pun.

“Karena, misalnya, kebiasaan kita di Indonesia dan khususnya di Minahasa, di tanah “Nyiur Melambai” adalah sangat guyub dan biasa untuk setidaknya salaman, atau tak jarang yang berkebiasaan peluk sebagai tanda kehangatan persaudaraan, ” ujarnya.

Namun, kebiasaan itu harus berganti dengan prokes. Perlahan-lahan orang sudah terbiasa dengan menjaga jarak, bila bersalaman pun hanya dengan menyentuhkan kepalan tangan.

Menurutnya perubahan kebiasaan itu semakin lama membiasakan aktivitas juga cara berpikir.

“Sebagai contoh adanya rapat-rapat online atau sekolah online. Tentu ini problematik, karena tak semua orang bisa mengakses internet atau siap dengan materi pengajaran online di sekolah,” kata dia.

Setelah 2,5 tahun, banyak orang yang makin terbiasa.

“Saya yakin para antropolog dan para peserta sekalian lebih banyak menganalisis dengan segala kemampuan yang dimiliki,” kata dia.

Kedua, ini juga penting. Perlu diketahui, Indonesia dikenal sebagai Ring Of Fire karena dikelilingi banyak gunung berapi dan potensi gempa tektonik. Demikian pulan di wilayah Sulawesi Utara,

“Kami juga menghadapi potensi bencana alam, semisal adanya bencana pantai, gunung berapi, longsor, dan rob dari laut yang dalam setiap tahun,” kata dia.

Dari referensi yang diperoleh dan dialami sendiri, memang kejadian bencana seperti sudah menjadi tidak bisa dihindari.

menangani semua kejadian bencana yang ada di daerah kami. Namun patutnya kita sadar, alih-alih menghindari, diperlukan kebijaksanaan bagi kita semua untuk mengantisipasi semua bencana dan wabah di sekitar kita.

Menurutnya antropologi merupakan wahana yang tepat untuk membantu mempelajari respons manusia terhadap multi krisis yang terjadi, terutama dalam hal mengantisipasi dan Ia mengharapkan simposium ini bisa memberikan sumbangan berharga tak saja bagi ilmu pengetahuan namun juga untuk membantu umat manusia hidup dalam situasi seperti ini.

“Saya memahami kontribusi ilmuwan Kesehatan dan Ahli bencana, dengan

dipadukan teknologi termasuk internet yang menyebarkan informasi pencegahan maupun pengobatan, ” kata dia.

Di kesempatan itu, pemerintah akan mulai dengan vaksin booster kedua, dimulai dengan para Tenaga Kesehatan.

“Kita patut lega dan bersyukur atas kondisi seperti ini. Kondisi yang juga didukung dengan nilai-nilai positif umat manusia yakni solidaritas, mau berkorban, dan kerja sama, ” katanya.

Walaupun kata dia masih tetap ada di sana-sini kekurangan, namun saya melihat dan meyakini nilai kemanusiaan tinggi baik di masa pandemi, maupun dalam keadaan bencana.

”Saya berpikir, alangkah baiknya bila usaha-usaha lanjutan, termasuk simposium ini menginspirasi usaha yang tak kenal lelah dalam membentuk masyarakat yang bersolidaritas dan bekerja sama, ” ujarnya.

Lepas dari masing kekhasan masing-masing budaya yang unik dan punya perjalanan panjang.

“Kami di Minahasa, juga mengalami yang sama dengan sub etnik, agama, latar belakang dan Pendidikan serta identitas lainnya, ” kata dia.

Wagub Steven Kandouw menyampaikan secara khusus pemerintah mendukung Universitas Sam Ratulangi untuk terus berkembang dan membangun diri dari segi keilmuan.

Dalam ilmu sosial secara khusus Antropologi untuk ikut memikirkan program-program terkait menangani bencana, baik bencana karena pandemi, perubahan iklim, dan bencana alam lain, longsor, banjir Rob langganan di Sulut, serta pandemi yang belum bisa dibilang selesai.

Melalui simposium kali ini, ia berharap jadi momentum berharga untuk semakin meleburkan diri dengan persoalan yang amat relevan dengan situasi alam di Sulut dan di Indonesia.

“Tak berlebihan bila saya berangan-angan agar Unsrat menjadi laboratorium bagi penanganan bencana, karena kita dekat dengan masalah itu dan harus mengantisipasinya baik dengan belajar dari masa lalu, masa kini dan masa datang, ” kata dia.

Dalam perhelatan ini akan digelar panel diskusi baik offline dan online. Ia mendoakan agar simposium ini berjalan dengan baik, semua sehat sejak awal dan pulangnya dari Simposium ini.

“Welcome to Manado, Saya berharap para peserta dapat pula mempromosikan, bahwa Indonesia, bukan hanya Jakarta dan Bali saja. Sulawesi utara juga tak kalah menariknya, ” kata dia.

“Jangan lupa menikmati keindahan Kota Manado, keunikan kulinernya, keindahan alamnya, serta keramahtamahan penduduknya. Semoga hasil simposium ini berbuah pada kepentingan masyarakat umum kita semua,” ujarnya.(sulutonline)

Telah dibaca: 847

Budi Rarumangkay

Berita sejenis