KM Barcelona V.A. Terbakar di Perairan Talise, 678 Penumpang Terlibat, 3 Tewas, Dua Korban Masih Hilang, Pencarian Masih Berlanjut

SulutonlineManado, Kebakaran kapal KM Barcelona V.A. yang terjadi pada Minggu, 20 Juli 2025, di perairan Talise, Minahasa Utara, mengakibatkan 678 penumpang terlibat dalam insiden tragis tersebut. Setelah dilakukan verifikasi ulang data, tercatat bahwa 673 penumpang berhasil diselamatkan, 3 orang meninggal dunia, dan dua lainnya masih dinyatakan hilang.

Kapal yang menghubungkan rute Talaud-Manado ini dikenal sebagai sarana vital bagi warga Nusa Utara yang bergantung pada transportasi laut untuk mengakses daratan Sulawesi. Tragedi ini telah menarik perhatian publik, mengingat KM Barcelona V.A. merupakan kapal yang melayani kebutuhan transportasi sehari-hari bagi warga kepulauan tersebut.

Kepala Basarnas Manado, George Randang, dalam konferensi pers di Pelabuhan Manado pada Senin (28/7), mengungkapkan bahwa proses evakuasi melibatkan berbagai pihak, baik tim resmi dari Basarnas maupun bantuan dari masyarakat setempat, termasuk nelayan dan penggiat wisata air.

“Evakuasi dilakukan di beberapa titik. Kami merangkum semua data dari lapangan, termasuk laporan dari warga dan nelayan yang ikut membantu,” ujarnya. Banyak korban telah dievakuasi lebih dulu ke titik aman menggunakan perahu kecil milik warga sebelum tim SAR tiba di lokasi.

Sementara itu, dua korban yang masih hilang, Levi Aiba dan Hamen Langinang, terus dicari oleh tim SAR gabungan. Meski operasi pencarian resmi telah dihentikan pada 26 Juli, pencarian non-formal tetap berlanjut dengan melibatkan nelayan lokal dan TNI-Polri. Keluarga korban yang belum ditemukan berharap agar proses pencarian dapat segera memberikan hasil.

Di sisi lain, Polda Sulut telah menetapkan nahkoda KM Barcelona V.A. sebagai tersangka dalam insiden kebakaran ini. Sementara itu, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tengah menyelidiki penyebab kebakaran, termasuk apakah ada kelalaian atau faktor teknis yang menjadi penyebab utama. Hasil investigasi diharapkan dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai musibah tersebut.

Kapal KM Barcelona V.A. merupakan sarana transportasi utama bagi warga Nusa Utara, yang memiliki akses terbatas pada transportasi alternatif. Warga setempat pun mendesak agar pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap operasional kapal-kapal penumpang di wilayah perairan timur Indonesia untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Menteri Perhubungan, Dudi Purwagandhi, juga turun langsung ke lokasi untuk memantau penanganan kasus ini dan memastikan upaya investigasi serta perbaikan sistem keselamatan transportasi laut dapat segera dilakukan.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, melalui Kepala BPBD Sulut, Ir. Adolf H. Tamengkel, telah mengumumkan pemberian santunan simbolis sebesar Rp1 juta untuk korban selamat dan Rp5 juta untuk keluarga korban yang meninggal dunia.

Santunan ini diharapkan dapat meringankan beban keluarga korban, meskipun bantuan utama difokuskan pada layanan kesehatan gratis dan pemulangan jenazah.

“Kami pastikan bahwa layanan kesehatan, pemulangan jenazah, dan bantuan administrasi menjadi prioritas utama,” tambah Tamengkel.

Dalam tragedi ini, peran nelayan dan warga setempat sangat diapresiasi. Mereka merupakan pahlawan pertama yang menyelamatkan banyak nyawa sebelum tim SAR tiba di lokasi. “Kami berterima kasih kepada mereka yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan korban,” ungkap Randang.

Sebagai langkah preventif, Pemprov Sulut berjanji akan memperketat pengawasan terhadap kapal-kapal yang beroperasi di wilayah perairan Nusa Utara. Mereka juga akan melakukan evaluasi terhadap kebijakan keselamatan pelayaran guna memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali.

Sementara itu, keluarga korban yang kehilangan anggota keluarga mereka dalam insiden ini mengungkapkan rasa terima kasih atas respons cepat pemerintah dan aparat setempat. Mereka berharap agar dua korban yang masih hilang segera ditemukan dan bisa mendapatkan kepastian.

Tragedi KM Barcelona V.A. menjadi sebuah peringatan keras akan pentingnya pengawasan terhadap keselamatan transportasi laut, khususnya di wilayah kepulauan yang sangat bergantung pada jalur laut untuk mobilitas mereka. Ke depan, harapan terbesar adalah agar insiden serupa tidak terulang, dan bahwa keselamatan penumpang dapat menjadi prioritas utama dalam sistem transportasi laut.(pr)

Telah dibaca: 15

Budi Rarumangkay

Berita sejenis