Manado-Setelah sempat dihentikan pekan lalu pada masyarakat, kini penyuntikan vaksin AstraZeneca akan kembali berjalan.
Hal ini dipastikan oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE kepada sejumlah wartawan saat ditemui di loby kantor Gubernur Sulut, Selasa (30/3/2021) malam usai menggelar rapat bersama instansi kesehatan.
“Penyuntikan vaksin AstraZeneca aman untuk digunakan. Pemerintah jamin,” tegas Olly.
Lanjut orang nomor satu di sulut ini, memang penyuntikan vaksin AstraZeneka sempat dihentikan sementara pada pekan silam akibat adanya keluhan dari penerima vaksin.
“Karena kehati-hatian dari tim Covid-19 Sulut untuk cepat merespon keluhan dari warga, tenyata semua bisa ditangani dengan baik sehingga tadi sudah dilakukan penyuntikan kembali,” terang Gubernur Olly.
“Saya imbau kepada masyarakat jangan takut dan khawatir dengan vaksin AstraZeneka ini, karena pemprov Sulut sangat responsif dengan apa yang masyarakat alami. Makanya saat kemarin ada warga yang mengeluh ada efek saat divaksin, langsung kita action agar supaya masyarakat benar-benar menerima vaksinnya,” imbuh Gubernur Olly.
Pernyataan Gubernur Olly ini diperkuat oleh pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sulut. Kadiskes Sulut dr Debie Kalalo MSc PH melalui jubir satgas Covid-19 Provinsi Sulut dr Steaven Dandel MPH menegaskan bahwa Vaksin AstraZeneka aman untuk digunakan.
“Vaksin AstraZeneca tetap aman digunakan,” tandas dr Dandel saat Presscon di Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulut, Selasa (30/03/2021) malam.
Dandel menjelaskan bahwa sejauh ini, Dinas Kesehatan telah menerima 355 keluhan kasus, dan tidak didapati kasus yang serius atau pun mengkhawatirkan, sehingga membuktikan bahwa vaksin AstraZeneka aman.
“Keluhan yang disampaikan masih tergolong ringan dan tidak mengkhawatirkan,” ujar dr Dandel.
Lebih jauh diungkapkan dr Dandel, untuk jumlah penerima vaksinasi AstraZeneka hingga Sabtu (27/3/2021), berjumlah 5.215 orang.
“Kita akan menghabiskan sebanyak 50 ribu dosis hingga akhir Mei 2021 mendatang. Dan akan ditambah lagi 50 ribu dosis,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, dr Dandel mengatakan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), yang rata-rata dialami penerima vaksin dengan sejumlah keluhannya seperti demam, menggigil, sakit kepala, badan terasa sakit dan lemas adalah normal dan lumrah.
“Fakta ini berkembang terus, bahwa apa yang dialami oleh penerima vaksin adalah lumrah. Munculnya KIPI dalam bentuk gejala demam, menggigil, nyeri badan, nyeri tulang, mual dan muntah adalah efek samping (adverse effect) dari vaksin AstraZeneca yang sifatnya sangat sering terjadi (Very Common, artinya 1 diantara 10 suntikan) dan sering terjadi (common -1 diantara 10 sampai dengan 1 diantara 100),” terangnya.
Ia juga menyampaikan tentang dua kasus keluhan sesak nafas saat vaksinasi, ternyata setelah dicek, hasil pemeriksaan medisnya baik. Itu artinya, sesak nafas yang muncul karena adanya rasa cemas yang berlebihan.
“Setelah dicek kesehatannya, penerima vaksin yang katanya sesak nafas, ternyata hanya cemas yang berlebihan,” tandasnya.
Menariknya, penggunaan AstraZeneka yang dilakukan, sudah sesuai skema. Demikian juga ketika dilakukan penghentian sementara, hal itu sebagai upaya untuk menyusun skema resiko.
“Kami tidak pernah ada statemen bahwa AstraZeneka bermasalah, KIPI ini selama penelitian uji klinis range-nya aman,” ucapnya.
Sementara untuk pemberian vaksinasi di lingkup institusi, dr Dandel menyebutkan akan dilakukan bertahap. Tujuannya, supaya penerima vaksinasi akan dijadwalkan pada tiga hari yang berbeda. Dengan demikian ketika ada yang mengeluh sakit dapat diantisipasi.
Langkah ini, kata dr Dandel juga perlu dilakukan untuk menyesuaikan pola dan pendekatan vaksinasi terutama yang targetnya adalah unit usaha atau institusi.
“Supaya tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap karyawannya. Tetapi bertahap, agar supaya unit usaha tidak perlu ditutup kalau ada banyak karyawan yang terdampak KIPI,” tandasnya.
“Kepada calon penerima vaksin akan disampaikan tentang efek samping dari Astra Zeneka. Nantinya juga akan disediakan obat penurun panas,” ujarnya.
dr Dandel juga menjelaskan bahwa satu dosis vaksin AstraZeneka, diketahui 75 persen efektif mencegah Covid-19. Sedangkan Sinovac 65 persen.
“Kami perlu mempersiapkan komunikasi resiko kepada masyarakat untuk dapat menerima fakta ini. Supaya tidak terjadi kepanikan di masyarakat. Komunikasi risiko yang diambil, langkah pertamanya didahului dengan investigasi oleh Komda KIPI bersama Dinkes, Kemenkes dan WHO, sebelum dilakukan,” terangnya.
Presscon ini dihadiri Kabid Kominfo dan Komunikasi Publik, Diskominfo Sulut Ivonne Kawatu dan para jurnalis.
Diketahui, penyuntikan vaksin AstraZeneka saat ini masih difokuskan untuk Kota Manado dan Bitung. (tim/sulutonline)