Steven Kandouw Hadiri Ibadah Agung Hapsa WKI GMIM Sampaikan Duka Cita Insiden Kecelakaan Bus Di Jalan Sonder

IMG_2058.jpeg

Manado – Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Steven Kandouw menghadiri Ibadah Agung Hari Persatuan (Hapsa) Wanita Kaum Ibu (WKI) Sinode GMIM tahun 2023 yang dipusatkan di wilayah Tombatu Timur, Kabupaten Minahasa Tenggara, Jumat (26/5/2023).

Steven Kandouw mewakili Gubernur Sulut saat sambutan menyampaikan duka cita atas insiden kecelakaan bus yang membawa rombongan WKI GMIM Winenet Bitung di ruas jalan Sonder, Minahasa.

“Atas nama Pemerintah Provinsi Sulut serta pribadi dan keluarga menyampaikan turut berduka cita kepada rombongan WKI GMIM Winenet Bitung atas insiden yang telah terjadi baru-baru ini. Kiranya Tuhan Yesus Kristus memberikan kekuatan dan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan,” ungkapnya.

Ia juga mengajak peserta Hapsa WKI Sinode GMIM untuk mendoakan agar semua yang terkena musibah mendapatkan ketenangan.

Sekedar diketahui, kecelakaan bus tersebut menyebabkan tiga korban tewas dan belasan lainnya luka-luka.

Kepada peserta Hapsa WKI Sinode GMIM, Steven Kandouw berharap Wanita Kaum Ibu GMIM dapat menjadi pelita dan terang di tengah-tengah keluarga dan masyarakat.

“Teruslah memberi diri dalam kehidupan rohani, aktif dalam kegiatan-kegiatan WKI, karena ada pepatah yang mengatakan di balik laki-laki yang sukses ada wanita yang kuat. Saya sampaikan lebih dari itu, bukan hanya di balik laki-laki yang sukses tetapi di balik keluarga yang sukses ada wanita yang kuat,” ujarnya.

Steven Kandouw juga mengingatkan tiga poin penting yang merupakan isu-isu di Sulut, yang sangat memerlukan bantuan ibu-ibu.

Pertama, adalah masalah stunting, bahwa secara nasional, stunting masih 17 persen. Artinya dari 100 orang ada 17 yang stunting.

“Di Sulut, puji Tuhan kita berhasil menurunkan dari 15 jadi 14 persen. Kenapa Presiden Jokowi selalu mengingatkan stunting ini, karena stunting ini sangat mempengaruhi dengan intelegensia, dengan kepandaian dengan kemampuan manusia untuk menghadapi sesuatu.

Kedua, lanjutnya, adalah toxic people. Katanya, survey membuktikan di antara 100 orang di Indonesia pada 10 tahun lalu, terdapat 5 orang aneh-aneh. Sekarang dari 100 orang 7 yang aneh-aneh. Survey juga membuktikan 10 tahun lalu, dari 100 ada 4 orang yang berpikiran negatif. Sekarang di antara 100 orang, ada 8 orang yang berpikir negatif yang istilahnya toxic atau racun di dalam masyarakat.

“Orang-orang ini selalu berpikir negatif tidak boleh melihat keberhasilan orang, iri dan dengki. Kalau sekarang orang toxic ini bisa memuat pendapatnya di medsos. Toxic people ini ada 8 orang di antara 100 orang. Untuk itu, mari toramg sama-sama atasi ini. Ibu ibu harus bereran,” sebutnya.

Ketiga, sambungnya, adalah masalah inflasi. Di mana benang merahnya dengan kemiskinan. Tercatat, standar upah di Sulut terdapat 3,4 juta.

“Bayangkan dari jumlah tersebut 500 ribu, 10 persen lebih habis untuk rokok. Ibu-ibu juga harus mampu mengingatkan suami dan anak-anak tidak usah merokok. Karena ini meningkatkan inflasi kita,” tukasnya. (*/ SulutOnline  )

Telah dibaca: 888

Sulut Online

Berita sejenis