Terinspirasi Destinasi Kuil Kiyomizudera, Olly Bakal Unggulkan Budaya Lokal

Manado – Jika Tokyo lebih dikenal dengan semarak modernitas, berbeda halnya dengan Kyoto yang dipuja karena banyaknya kuil antik dan lingkungan penuh kedamaian umat Buddha.

Tertarik dan terinspirasi dengan budaya lokal di Kyoto, Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey bersama rombongan langsung menuju kawasan destinasi wisata Kuil Kiyomizudera.

Kunjungan dilakukan dengan menggunakan kendaraan bus. Waktu tempuh perjalanan, kurang lebih 20 menit dari pusat Kota Kyoto, untuk bisa sampai di kawasan Kuil Kiyomizudera.

Kuil Kiyomizudera adalah Kuil Budha yang ditemukan sekitar abad ketujuh dan telah warisan budaya Unesco sejak tahun 1994.

Ribuan wisatawan setiap hari berkunjung ke Kuil ini, dan karena terletak di atas bukit serta dikelilingi taman yang asri menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

Tak terkecuali rombongan Pemprov Sulut dan Forkompimda, yang sangat terpesona dengan suasana yang indah dan asri ketika pertama kali masuk ke area Kuil.

Meski termasuk kota Metropolitan namun pemerintah Kota Kyoto masih sangat melestarikan budaya daerah setempat.

Rombongan Gubernur Olly terkagum-kagum dengan pemandangan para wisatawan yang sebagian besar turis lokal yang menggunakan baju adat Jepang Kimono. Mereka rela mengeluarkan kocek untuk menyewa kimono sambil mengelilingi kawasan wisata tersebut.

Terinspirasi suasana destinasi wisata di Kyoto, Gubernur Olly berkomitmen mendorong kepala daerah, untuk meniru budaya yang dapat menjadi daya tarik wisata.

“Harus ditiru oleh pemerintah kabupaten dan kota di Sulut agar bisa mengadopsi penerapan budaya lokal di Jepang demi pengembangan pariwisata,” ujarnya Jumat (03/03/2023).

Katanya, Sulut memiliki budaya lokal yang dapat dikembangkan.

“Sulawesi banyak memiliki budaya asli daerah, dari beragam suku. Jika ini dikembangkan dan dilestarikan secara baik pasti bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan khususnya turis asing,” ujar Olly yang didampingi sejumlah bupati dan walikota saat mengunjungi kuil Kiyomizudera.

“Saya mendorong walikota dan bupati harus melestarikan budaya lokal didaerah masing-masing. Saya kira itu wajib dijaga karena warisan leluhur yang memiliki nilai sejarah”, tambah Olly.

Sejumlah kepala daerah seperti walikota Manado Andrei Angow, Bupati Minahasa Utara Joune Ganda, Bupati Kepulauan Sitaro Evanglien Sasingen dan wakil walikota Tomohon Wenny Lumentut yang mendampingi Gubernur Olly, menyatakan siap mengelola pariwisata yang ada, bahkan bertekad akan berupaya mengadopsi pengelolaan wisata berbasis budaya daerah, seperti yang ada di Kyoto, meski memang secara kultur berbeda.

“Mewujudkan kota yang bersih masih menjadi pekerjaan rumah bagi saya dan wakil walikota, sebab budaya bersih masih sangat kurang diterapkan oleh warga Kota Manado. Namun demikian kami terus berupaya mendorong masyarakat selalu menerapkan budaya bersih. Harus ada kesadaran dari masyarakat dulu baru kota bersih itu bisa terwujud,” ungkap Walikota Manado, Andrei Angouw.

Senada disampaikan Joune Ganda Bupati Minahasa Utara, yang juga turut memberikan tanggapannya soal pengelolaan wisata di Kota Kyoto ini.

“Minahasa Utara terdiri dari dua suku besar, Suku Sangihe, Sitaro dan Talaud serta Suku Minahasa. Budaya dari kedua suku masih sangat kental dan saya bersama wakil bupati tentu akan berupaya mengembangkan dan melestarikan budaya tersebut melalui berbagai agenda pariwisata tahunan,” kata Joune Ganda.

“Masih banyak kekurangan tapi kita berupaya Minahasa Utara bisa menjadi daerah destinasi utama pariwisata di Sulut, apalagi salah satu kawasan di Minut sudah menjadi kawasan destinasi prioritas,” tambahnya.

Perjalanan di Kuil Kiyomizudera masih berlanjut, meski harus berjalan kaki dan menanjak ke arah Kuil Kiyomizudera, tidak membuat peserta rombongan Gubernur Olly lelah atau patah semangat.

Selain asri dan indah, destinasi wisata ini didukung dengan kondisi yang bersih bebas dari sampah.

Sebelum ke kawasan utama, Kuil Kiyomizudera juga dikelilingi beberapa Sanenzaka-Nanenzala dan Kuil Chionin serta Kuil Yasaka. Ternyata untuk bisa tembus ke Kuil Kiyomizudera pengunjung harus membayar tiket masuk senilai 400 Yen per orang.

Kunjungan ke Kuil-kuil ini memberi kesempatan bagi rombongan Gubernur untuk mengabadikan dengan berswafoto dan berfoto ria.

Puas mengelilingi Kuil, rombongan termasuk Gubernur Olly dimanjakan dengan kuliner khas Jepang seperti jajanan kue mochi dan coklat serta eskrim green tea.

Beragam jenis jajanan ini bisa ditemui di lokasi ini, sebab toko kuliner dan cenderamata khas Jepang berjejeran di satu kawasan ini dan menawarkan dengan beragam varian.

Salah satu yang diburu dan dinikmati rombongan gubernur adalah es krim green tea. Sensasi lezatnya eskrim ini mampu mengalahkan dinginnya cuaca di daerah Kyoto.

Sayang memang rombongan belum bisa menikmati keindahan bunga Sakura karena belum mekar. Tapi pohon sakura yang berjejer rapi di sepanjang jalan di kawasan Kuil masih menjadi daya tarik tersendiri.

“Kami puas karena perjalanan ke Kuil Kiyomizudera meski berbukit tapi sangat menyenangkan. Daya tarik di kawasan ini akan kami bawa untuk diceritakan kepada kenalan di Sulawesi Utara,” ujar Ronald Lumbuun, Kakanwil Kemenkumham Sulut yang juga ikut dalam misi pariwisata yang dibawa Gubernur ke Jepang.

“Tentu harus ada timbal balik yang seimbang. Saya mengapresiasi terobosan Gubernur Olly Dondokambey yang telah membuka direct flight Narita-Jepang. Mudah-mudahan dengan kunjungan selama lima hari ini dapat meningkatkan kunjungan wisatawan Jepang ke Sulut dan sebaliknya akan banyak warga Sulut ke Jepang.” tambah Raymond Marojahan, Kepala BIN Sulut, yang juga menjadi salah satu anggota forkompimda yang turut diundang Gubernur dalam lawatan ke Jepang.

Selama kurang lebih tiga jam rombongan Gubernur dan Forkompimda mengitari kawasan Kuil Kiyomizudera.

Dari bukit Kuil pengunjung juga bisa menikmati pemandangan Kota Kyoto.

Untuk diketahui, Kuil Kiyomizudera dibangun pada tahun 1633 dengan bahan kayu berkualitas tanpa menggunakan paku.

Bagi yang penasaran dan ingin mengunjungi destinasi ini dibuka sepanjang tahun setiap hari. Mulai dibuka jam 6 pagi dan tutup jam 6 sore.(sulutonline)

Telah dibaca: 1213

Budi Rarumangkay

Berita sejenis