Manado-Wakil Walikota Manado Mor Dominus Bastiaan SE SH (MOR) dianggap sosok langka di mata masyarakat. Petahana yang kali ini ikut berkontestasi di bursa calon Walikota Manado, menjadi figur yang sulit ditemukan di alam demokrasi. Kata warga, MOR simpel dan tidak ribet. Pun tanpa komplotan protokoler. Condong dengan sikap mendengarkan. Ada kesan tulus. Jujur dalam bertutur.
“Dia bebas berdialog dengan warga. Cara dia menyerap keluhan begitu ramah,” kata Obi Maramis, sopir moda transportasi Indriver, asal Dendengan Dalam (Dendal), Manado, Jumat (11/9) siang.
Ia menceritakan, warga khususnya kelompok yang menerima bantuan MOR-HJP sempat terharu. “Yang bikin kami tersentuh, bukan soal jumlah bantuan. Tapi ketulusan. Apalagi ini masa sulit. MOR-HJP turun dengan bekal pribadi,” tutur Maramis.
Di lokasi terpisah, warga mengagumi sikap MOR. Ia meminta simpatisan termasuk masyarakat umum, agar tidak menyudutkan figur lain.
“Setelah kasih bantuan, dia (MOR) bilang, jangan menjelekan paslon lain. Ciptakan Pilkada damai,” ungkap Rivai Paputungan, warga Tuminting, di bilangan Megamas, Manado.
Politisi Golkar Herry Kereh (Herker) mengaku tidak kaget mendengar testimoni warga soal MOR. “Saya merasa tidak ada yang janggal dengan MOR. Karakternya dari dulu memang begitu. Lebih suka hal-hal damai. Tapi dia pekerja keras,” jelas Herker.
Ia menangkap pesan spiritualitas yang muncul dari pribadi MOR. Agaknya menurut Herker, dimensi hidup rohani seorang MOR, yang mendorong suami Imelda Markus itu mengabdi dengan jujur dan tulus.
“Saya kenal Mor cukup lama. Orangnya bijaksana, santun dan syarat komitmen. Kita butuh figur yang memimpin rakyat dan membangun kota dengan spiritualitas hidup yang kokoh. Karena semangat inilah yang mendorong pemimpin bekerja jujur. Teguh dan tidak termakan hasrat kekuasaan,” tandas Herker. (tim/sulutonline)